~ HADIAH RINDU ~ - Aljazary Qur'an I Berkhidmah Untuk Qur'an

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Senin, 22 Oktober 2018

~ HADIAH RINDU ~




NAFIDATULILMI_Mencintai seorang istri adalah kewajiban suami, bahkan jauh lebih penting dari itu semua yaitu menjadi penunjuk arah kehidupan rumah tangganya. Lantas bagaimana jika seorang suami justru tak peduli bahkan dalam hatinya tak ada sedikitpun cinta terhadap istrinya?

Hanya air mata yang terus mengalir membasahi pipi seorang khansa, ia adalah seorang istri yang hidup penuh dengan kecukupan bahkan sangat lebih dibanding pasangan suami istri lain yang sudah lebih lama berumah tangga dibandingkan dia.

Selama setengah tahun pernikahannya, yang ia rasakan hanyalah hampa dan kesepian, sebab suaminya selalu beralasan sibuk dengan pekerjaan dan aktivitas bersama teman-temannya.

Suaminya selalu pergi pagi dan pulang sore ke tempat kerjaannya, dengan alasan harus mengontrol semua pekerjaan karyawan konveksi miliknya, hingga ia harus stand by sama halnya karyawan lainnya.

Suaminya adalah pemilik konveksi itu, lalu kenapa tidak mempekerjakan orang lain untuk menjadi asistennya saja supaya ia tidak sibuk sekali dengan pekerjaannya? Khansa tak pernah sanggup untuk mengucapkan kalimat ini dihadapan suaminya. Suaminya seakan tak pernah memahami bagaimana perasaan istrinya, hingga saat ia di rumahpun tetap saja sibuk dengan gadgetnya, dengan alasan bisnis dan lain-lainnya.

Lalu apa yang ada dibenaknya saat istrinya selalu terlihat murung sebab tak sepatah kata manispun ia ucapkan dihadapan khansa? Bukankah seharusnya pernikahannya ini masih dalam suasana bahagia sebagaimana pasangan lain yang baru menjalin maghligainya?

Khansa selalu berusaha khusnudzon dengan suaminya, ia mencoba terus bersabar dengan sifat suami barunya yang baru ia kenal sebulan sebelum pernikahannya. Suaminya adalah seorang pemuda yang dikenalkan oleh ustadz ayahnya di sela-sela kajian rutin yang diikuti ayahnya.

“khansa, jangan sampai kamu kecewa karena menolak lamaran hikam, percayalah sama ayah, hikam itu anak yang baik dan sholeh, kamu pasti akan bahagia jika jadi istrinya.” Itulah kalimat yang terus terngiang di telinga khansa, kalimat yang dulu membuatnya berbunga-bunga saat ayahnya memperkenalkan seorang lelaki pertama kali dalam hidupnya yang akan meminangnya.
Lalu, apa semua kalimat yang ayah khansa ucapkan itu hanya sekedar lamunan kosong semata?

Mana kebahagiaan yang selama ini diimpikan dan diharapkannya?

Laki-laki macam apa yang ternyata sedikitpun tak pernah mencoba membahagiakan istrinya sejak pertama sah memilikinya?

Khansa sudah enam bulan menikah, tapi rasanya hidupnya makin hambar, wajah cerianya kini tergantikan dengan pesimisme dan kegundahan. Hari-harinya hanya diisi dengan perkataan biasa dan tak mengundang semangat sedikitpun baginya. Auranya kini mulai layu, seakan kesedihannya tergambarkan semua di wajahnya.

“mas hikam, khansa kangen ayah sama umi mas, besok lusa kita jenguk mereka yuk? Khansa mencoba memulai membuka diskusi hangat dengan suaminya, namun reaksi suaminya....

“de..besok sampai lusa mas ada acara di luar kantor sama rekan bisnis mas, jadi bisa nggak kalo ke rumah ayahnya minggu depan saja?” jawab hikam.
Itupun dijawab dengan mata masih fokus menatap laptop, tanpa tau bahwa air mata mulai membasahi wajah istrinya.

“mas mau naik sepeda kaya biasa ya de, udah lama gak ke tempat kerja sepedaan.”  Ujar hikam disuatu pagi hendak berangkat kerja.

“iya mas, hati-hati ya mas, khansa sayang mas...” cium tangan dan pipi khansa kedua pipi suaminya.

Begitulah cara khansa membuat suaminya peka terhadapnya, ia terus mencoba memulai untuk menciptakan suasana romantis saat bersama suaminya, namun begitu, kesan suaminya datar dan biasa saja.

“Iya de, mas berangkat yah...” itu saja jawabannya.

---------------------------------------------------------------------------------------
                    BACA JUGA:  AKHIR CINTA LAYLA

                                                  LENTERA DI KELABUNYA JIWA
                    
Malam itu saat khansa terlelap dalam tidurnya...

“de, de....bangun de.....” aduh.......shhhh... aduh...

“ma...mas.....kenapa mas, mas kenapa?” khansa panik sejadi-jadinya. 
Suaminya terus memegang dadanya dan mengeluhkan sakit serta panas di bagian dadanya, sesak, perih.

“de, panas de, dada mas, sesek....” ujarnya mengeluh.
Khansa kelimpungan...

“khansa ambilin air putih ya mas, yang sabar mas, mas .....” ia langsung lari menuju dapur dan membawa segelas air putih.

Nampaknya setelah meminum air itu hikam sedikit merasa tenang, rasa panas dan sakit di dadanya mulai berkurang, khansa juga kompres dada suaminya dengan handuk agak basah, ternyata itu buat sakit di dada hikam mulai hilang.

“mas, kita ke dokter sekarang ya, mumpung masih pagi, nanti khansa pesen gokkar buat ke dokter ya mas,” hikam hanya menurut apa yang istrinya lakukan, sebab dadanya masih terasa sakit dan panas pagi itu.

------ ------------- ---------------------------

“begini mas, apa mas pernah punya pengalaman jatuh atau tabrakan?” ucap dokter.

“jatuh....” hikam kaget.

“mas pernah jatuh?” khansa juga kaget.

Hikam kemudian menceritakan apa yang pernah ia alami sebulan sebelum minikahi khansa. Saat ia bersepeda dengan teman-temannya di sebuah kampung di bogor, ia terpeleset dan jatuh, punggungnya membentur batu.

“kejadian beberapa bulan lalu itu bisa jadi penyebabnya mas, awalnya memang tidak dirasa, kebanyakan memang seperti ini kasusnya,” ujar pak dokter.

“jadi apa sebenarnya dok?” khansa terlihat makin cemas.

“jadi, suami mba kemungkinan terkena syaraf kejepit.” Ucap dokter.

“ya Allah mas.....” khansa langsung menghambur memeluk suaminya, ia menagis di depan pak dokter, tak peduli dimana,  ia langsung menangis memeluk suaminya yang masih tertidur.

----- --------------- -----------

Dan Mulai saat itu kehidupan rumah tangga khansa berubah, rutin seminggu sekali suaminya harus ia antar kontrol ke dokter orthopaedi. Hikam positif terkena suatu penyakit sebab jatuhnya dulu, yang akibatnya jika tidak diobati secara intensif akan membuatnya tak bisa berjalan alias lumpuh.

“mas, makan dulu mas, khansa udah buatin buburnya....” entah kenapa, sakitnya suaminya justru semakin membuat khansa bahagia tetapi juga sedih. 

Bahagia karena ia semakin merasa dekat dengan suaminya, sedih kenapa harus dengan sakitnya dia khansa baru merasa sedekat itu dengan suaminya.

“de, apa kamu akan mau terus sama mas kalo nanti mas benar-benar lumpuh gak berdaya.” Ujar hikam disela-sela suapan buburnya oleh khansa.

“mas......” khansa langsung memeluk suaminya, ia menangis dipelukan suaminya. Ia peluk erat suaminya. Entah kenapa perkataan itu terasa begitu menyakitkan dihati khansa, kenapa suaminya yang ia adalah cinta dan kasih pertama yang ia harapakan akan selamanya bersamanya bisa berucap seperti itu, rasanya begitu sakit buat khansa.

“mas, khansa sudah mas pilih dari sekian banyak wanita di luar sana, mas rela pilih khansa dan menikahi khansa, dan khansa juga sudah ridho dengan semua takdir yang Allah pilih, mas adalah yang dipilihkan Allah buat khansa, mas adalah yang pertama buat khansa juga yang terakhir, bagaimanapun kondisi mas, khansa akan tetap disamping mas...mas jangan bilang begitu lagi, khansa gak mau denger itu lagi mas, percayalah mas, khansa akan selalu disamping mas.”

Tak terasa air mata dua insan itu mengalir bersamaan, hikam tak kuasa menahan airmatanya atas ucapan istrinya yang selama ini ia sia-siakan kebaikannya, ia sadar, ternyata istrinyalah harta yang tak ternilai baginya, bukan uang dan semua kekayaan yang ia idamkan selama ini, tapi istrilah yang harusnya ia selalu perhatikan dan jaga.

--------- -------------- ----------

Dua bulan setelah itu, kondisi hikam makin tak membaik, bahkan kini kedua kakinya terasa sakit saat diinjakkan untuk melangkah, setengah badannya bagian bawah terasa makin melemah, hanya tangan dan kepala yang masih bisa digerakannya, bahkan tiga bulan setelahnya ia positif harus menggunakan kursi roda, sebab kakinya tak lagi sanggup berdiri menahan beban tubuhnya.

“solusi yang mas hikam harus jalani yaitu operasi, jika tidak maka takutnya berdampak lebih parah, bahkan lumpuh total.” Ujar dokter.

Laa haula wala quwwata illa billah. Ujian apalagi ini yang akan ditanggung hikam dan khansa, seakan baru kali ini ia rasakan begitu berat ujian bagi keluarga barunya itu, keluarga baru yang seharusnya masih menikmati awal-awal romantisme rumah tangga, tapi kini ia jalani dengan penuh ujian yang terasa begitu berat bagi mereka.

“mas yang sabar ya mas, selagi khansa masih kuat melangkah, mas akan khansa jaga mas, khansa ga bakal ninggalin mas  kapanpun, khansa akan selalu ada di samping mas.”  Hikam tak kuasa lagi menahan air matanya, ternyata cinta istrinya begitu besarnya, sebegitu dalam dan ikhlasnya, ia tak habis fikir bagaimana jika khansa yang ada diposisi hikam sekarang, apakah hikam akan masih setia seperti khansa?

“de, maafin mas ya, mas selama ini kurang peduli denganmu, maafin mas ya sayang, terima kasih sudah mau menemani mas yang seperti ini.”    Khansa memeluk suaminya, ia menagis penuh bahagia, suaminya kini semakin mengerti bagaimana perasaan istrinya yang sesungguhnya, bahwa cinta suci tidaklah akan hadir kecuali karena keikhlasan dan kesungguhan dalam memperjuangkannya.

“de, mas mau panggil adek sekarang dengan sebutan dinda saja ya...” ucap hikam di saat khansa menyuapinya sarapan.

Khansa agak terkejut dengan ucapan suaminya tapi juga penasaran.

“apa mas, dinda?” pipi khansa merona. Baru kali ini kalimat romantis itu terdengar kembali dari suaminya.

“iya dinda....dinda sayang.” Ucap hikam yang makin buat khansa tersipu-sipu. Suit..suit...

“ah mas, ini....” khansa makin merona.

“dinda jangan panggil mas donk...tapi kanda....kanda sayang gitu...” aduh duh...hikam makin buat khansa meleleh saja pagi-pagi.

“iya deh..kanda...sayang....” ucap khansa dengan nada penuh malu.

Akhirnya cerita adinda dan kakandapun terus terdengar di rumah tangga kecil khansa dan hikam, panggilan itu semakin membuat mereka menjadi saling mencinta, kalimat sayang kini tak pernah luput dari panggilan mesra hikam kepada istrinya. Khansa.

Bersambung.......





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Halaman