PERJALANAN MAUT - Aljazary Qur'an I Berkhidmah Untuk Qur'an

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Kamis, 22 Agustus 2019

PERJALANAN MAUT





PERJALANAN MAUT





NAFIDATULILMI_Dalam hidup ini, semua kesenangan akan berakhir. Juga keindahan akan semakin pudar kemudian hilang, sebagaimana pelangi yang terukir di ujung sore setelah gerimis mereda.

Bagaimanapun lika-liku kehidupan setiap insan di muka bumi ini, maka tempat pemberhentiannya adalah sebidang tanah yang hanya cukup untuk meletakkan sebuah jasad yang tak lagi bernyawa.
Semuanya fana. Jika hari ini kita merasakan bahagia sedangkan orang lain dalam kesedihan yang begitu mendalam, maka esok hari hanya menunggu waktu saja saat-saat itu bertukar menjadi sebaliknya.

Kita tidak pernah tahu sampai kapan akan terus berada di dunia yang penuh dengan canda dan juga air mata ini. Tapi kita semua tahu, bahwa kita PASTI akan meninggalkan dunia ini.

Maka mengapa kita masih sibuk dengan perkara yang  “SUDAH PASTI”  akan hilang dan melupakan SESUATU yang akan abadi?

Sebab kita terlalu menaruh hati kepadanya. Sebab kita terlalu takut untuk jauh darinya. Sebab kita terlalu menyandarkan diri kepadanya, dan kita lupa untuk hanya menggantungkan diri kepada semua Yang Menciptakan keindahan dunia.

Hari itu, adalah momen terakhir saat saya harus kembali ke rantau tahun ini. Setelah satu pekan pulang ke kampung kelahiran yang selalu dirindu, dan selesai melepaskannya dengan bertemu bahagia bersama penghuni serta penduduknya, akhirnya saat berpisah untuk kembali ke rantau datang juga.

Berat hati rasanya, setelah setahun tak pulang, kini harus pergi lagi berpisah dengan orang-orang tercinta dan sejuta kenangan masa kecil yang terus membekas di dada.

Akhirnya kita pulang. Menuju rantau yang pasti akan mengajarkan kepada kita sejuta cerita hidup.

Hari itu, seperti biasa. Saya hendak naik bus satu-satunya dengan trayek dari kampung menuju kota hujan. Meski ada PO Bus lain, tapi hanya sehari sekali dan itu sore hari, yang seringnya tiket selalu habis karena banyaknya peminat PO bus itu.

Saya kira dua pekan setelah Idul Fitri adalah waktu yang tepat untuk mudik ke rantau karena pasti sudah mulai sepi penumpang, tapi nyatanya, saya yang sehabis subuh berangkat cepat-cepat saja harus kebagian tempat duduk di kursi kedua dari paling belakang.

Ternyata penumpang masih penuh. Dan itu sudah pasti, efeknya adalah antri untuk beli tiket, dan juga harga tiket belum kunjung turun, masih diatas 120 persen tiket naik dari hari biasanya.

Tapi sudahlah, toh momen-momen seperti ini adalah saat “panen raya” bagi semua pekerja di jasa angkutan orang dan barang, momen ini adalah saat mereka menikmati hari-hari bahagia yang tidak hadir setiap hari, toh kita tidak setiap waktu juga menggunakan jasa mereka.

PO Bus yang saya gunakan sebetulnya menuai banyak keluhan dari pelanggannya, hanya saja pihak empunya seakan tak mau tau dan tak ada perbaikan kualitas pelayanan. Hal ini saya dengar sebelum saya jadi pelanggan di PO Bus ini. Dan setelah saya hampir setiap pulang pergi mudik “TERPAKSA” harus dengan PO Bus milik pemerintah ini, saya baru merasakan apa yang orang-orang keluhkan.
Bukan tidak mau menggunakan PO lain, hanya saja memang inilah satu-satunya PO Bus dengan trayek dari kota saya menuju kota hujan.

Seperti yang sudah saya tulis di atas, ada PO lain, tapi hanya sekali dalam sehari, itupun sore dan pasti ngantri panjang dan harus sampai dorong-dorongan badan dengan penumpang lain.
Dulu, saya pernah antri untuk dapat tiket bus jurusan kampung rambutan harus dorong-dorongan dengan penumpang lain, bahkan sampai ada yang kecopetan karena saking padatnya calon penumpang untuk beli tiket.

Akhirnya, saya rasa kebanyakan penumpang rela menggunakan PO Bus pemerintah ini karena “TERPAKSA” sebab tidak ada armada dari PO lain dengan trayek tujuan kota hujan.
Keluhan dari penumpang yang paling sering saya dengar adalah armada bus yang kurang terawat, perjalanan yang lama, juga hal lainnya.

Dan hari itu, kejadian yang begitu membuat saya kecewa dengan PO tersebut terjadi.

Jam delapan adalah waktu start bus dari Pos dekat terminal. Tidak seperti biasanya, saya merasakan kenapa kali itu terasa sopir bus membawa busnya dengan kecepatan yang lebih dari kebiasaan PO tersebut?!

Saya yang duduk di belakang dengan dua orang di samping saya masih biasa saja saat merasa bus seakan berjalan dengan kecepatan diluar kebiasaan. Bahkan masih menikmati suasana mudik tahun ini dengan melihat lapak-lapak di pinggiran jalan yang masih digelar rapi, yang menandakan musim mudik masih berlangsung.

Saya juga masih sempat menikmati kue bolu yang saya beli dari minimarket samping Po Bus tadi, bahkan sampai habis tak tersisa.

Saat itu juga berbarengan dengan pemilihan kades serentak sekabupaten, tepatnya tanggal 17 juli 2019.  Jadi jalanan begitu ramai dengan pawai calon kades dari desa-desa yang bus saya tumpangi lewati.

Tibalah saat dimana semua penumpang mulai panik.

Saat melewati jalan yang disamping sebelah kanannya adalah pasar dan samping sebelah kirinya adalah sungai, tiba-tiba salah seorang penumpang di depan terdengar teriak “KEBAKARAN-KEBAKARAN” sontak saja, semua penumpang mulai panik. Yang berada di depan mulai berdiri dan berlarian mencari pintu keluar. Sedangkan yang dari belakang juga paniknya minta ampun teriak-teriak mencari jalan turun.

Penumpang penuh dan Kebanyakan ibu-ibu. Juga banyak anak-anak.

Bisa dibayangkan bagaimana situasinya.

Ditambah pintu belakang bus susah sekali untuk dibuka. Yaa Salaam, sallimnaa.

Semua panik dan berebut untuk cari jalan keluar bus. Saya lihat bagaimana rasa takut itu benar-benar terasa dengan melihat kondis penumpang saat itu. Saya yang berada di jok belakang dan tepat di samping jendela bus sangat susah untuk bergerak. Di ujung pintu belakang sudah penuh sesak orang dan teriak-teriak panik. Jika mau loncat ke kursi depan juga rasanya bus terlalu panjang sedangkan rasa panik semakin menjadi-jadi. Ya Salaam, Sallimnaa.

Akhirnya saya pakai jaket saya dan saya sudah tak peduli lagi dengan tas berisi pakaian dan perlengkapan lain saya di paling belakang kursi penumpang. Yang penting cari pintu keluar dulu.

‘BUKA...BUKA...BUKAA.....”

Penumpang yang hendak turun dari pintu belakang yang paling panik, karena pintu sedari tadi tidak kunjung dibuka.

Saya juga sempat heran, lokasi bus padahal di samping pasar, banyak orang, tapi kenapa mereka saya lihat hanya menonton dan teriak-teriak? Mungkin karena situasi serba panik, jadi saya juga tidak terlalu perhatian dengan orang sekitar.

Yang jelas yang ada dalam fikiran saya saat itu adalah, “saya harus keluar lewat jendela bus, pecahin kaca, kemudian loncat. Percuma rasanya berharap pintu bus terbuka.”

Saya tengok kanan kiri, dan alhamdulillah ada palu kecil yang menggantung di atas jendela belakang saya duduk. Palu emergenci yang tertulis di stikernya “pecahkan jendela dalam kondisi darurat.”

Tanpa fikir panjang, saya ambil sekuat tenaga, tiba-tiba, “PRAKKKKKKKK”

Gagang palu yang saya ambil pecah berantakan, ternyata sudah sangat kropos....”laa haula wala quwwata illa billah”

Bagaimana mungkin hal yang sangat urgen tidak diperhatikan dengan serius oleh PO Bus ini????

Tanpa pikir panjang saya ambil ujung palu yang sepertinya terbuat dari besi atau semacamnya. Tanpa basa-basi....karena suasana makin panik, penumpang teriak sana-sini, saya pecahkan kaca bus.

"Brakkkkkk.......” pukulan pertama kaca retak.

"Brakkkkkk.....” pukulan kedua kaca runtuh.

Saya lempar palu dan siap-siap loncat dari bus, tiba-tiba....

“Mas..mas....ga usah mas....turun aja lewat pintu....ga usah loncat.”

Seorang bapak paruh baya teriak-teriak ke saya saat saya sudah keluarkan satu kaki hendak loncat dari jendela bus.

Saya lihat penumpang lain masih panik,,,,,,bahkan masih banyak yang belum bisa keluar karena pintu depan saling berebut untuk keluar dan pintu belakang masih belum terbuka.

Saya bingung mau loncat, tapi diteriakin. Sedangkan penumpang lain masih panik teriak-teriak.

"Mas..jangan mas....turun.....udah mati apinya...aman...aman...."

Baru, setelah saya lihat pak kondektur yang tiba-tiba nongol dari belakang bus dan membawa hydrant pemadam api, saya akhirnya mulai aga tenang. Kaki saya turunkan dan masuk kembali ke bus.

Ya Allah Yaa Rabb....

Ya Salaam...

Kaca bus yang saya pecahkan.
terlihat crew PO Bus sedang memperbaiki karburator yang terbakar.


Hari ini Engkau tunjukan pada hambaMu ini bagaimana fakirnya diri ini, betapa lemahnya diri ini, betapa butuhnya diri ini kepadaMu.

setelah turun dari bus dan menjauh dari bus, saya baru sadar
tangan dan kaki terluka karena kaca yang dipecahkan.


Hanya dengan cobaan dan peringatan sekecil ini saja, hambaMu ini begitu takut dan panik, lalu bagaimana jika datang hari yang dijanjikan itu sedangkan bekal kami begitu sedikit dan kami sering lupa kepadaMu. Alahummaghfir lanaa. Aamiin.

terlihat para penumpang sedang menunggu penuh "khawatir" kapan kiranya bus
pengganti datang.

Catatan: setelah menunggu hampir 2 atau 3 jam, akhirnya bus pengganti datang, dan ternyata bus pengganti adalah bus eksekutif dengan bangku penumpang 3-2. Sedangkan bis yang terbakar bangku penumpang 3-3, alhasil sebagian penumpang berdiri, dan saya juga kebagian setengah kursi dengan kondektur bus. sampai kota hujan antara maghrib dengan isya. yang seharusnya jam 2 atau 3 sore sudah sampai. dan semoga menjadi pelajaran bagi PO Bus untuk meningkatkan pelayanannya. la'allahu khair, in sya Allah.

@TrueStory_by Aba oesama





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Halaman