PERJALANAN MAUT
NAFIDATULILMI_Dalam hidup ini, semua kesenangan akan berakhir. Juga keindahan
akan semakin pudar kemudian hilang, sebagaimana pelangi yang terukir di ujung
sore setelah gerimis mereda.
Bagaimanapun lika-liku kehidupan setiap insan di muka bumi
ini, maka tempat pemberhentiannya adalah sebidang tanah yang hanya cukup untuk
meletakkan sebuah jasad yang tak lagi bernyawa.
Semuanya fana. Jika hari ini kita merasakan bahagia sedangkan
orang lain dalam kesedihan yang begitu mendalam, maka esok hari hanya menunggu
waktu saja saat-saat itu bertukar menjadi sebaliknya.
Kita tidak pernah tahu sampai kapan akan terus berada di
dunia yang penuh dengan canda dan juga air mata ini. Tapi kita semua tahu,
bahwa kita PASTI akan meninggalkan dunia ini.
Maka mengapa kita masih sibuk dengan perkara yang “SUDAH PASTI” akan hilang dan melupakan SESUATU yang akan
abadi?
Sebab kita terlalu menaruh hati kepadanya. Sebab kita
terlalu takut untuk jauh darinya. Sebab kita terlalu menyandarkan diri
kepadanya, dan kita lupa untuk hanya menggantungkan diri kepada semua Yang
Menciptakan keindahan dunia.
Hari itu, adalah momen terakhir saat saya harus kembali ke
rantau tahun ini. Setelah satu pekan pulang ke kampung kelahiran yang selalu
dirindu, dan selesai melepaskannya dengan bertemu bahagia bersama penghuni
serta penduduknya, akhirnya saat berpisah untuk kembali ke rantau datang juga.
Berat hati rasanya, setelah setahun tak pulang, kini harus
pergi lagi berpisah dengan orang-orang tercinta dan sejuta kenangan masa kecil
yang terus membekas di dada.
Akhirnya kita pulang. Menuju rantau yang pasti akan
mengajarkan kepada kita sejuta cerita hidup.
Hari itu, seperti biasa. Saya hendak naik bus satu-satunya
dengan trayek dari kampung menuju kota hujan. Meski ada PO Bus lain, tapi hanya
sehari sekali dan itu sore hari, yang seringnya tiket selalu habis karena
banyaknya peminat PO bus itu.
Saya kira dua pekan setelah Idul Fitri adalah waktu yang
tepat untuk mudik ke rantau karena pasti sudah mulai sepi penumpang, tapi
nyatanya, saya yang sehabis subuh berangkat cepat-cepat saja harus kebagian
tempat duduk di kursi kedua dari paling belakang.
Ternyata penumpang masih penuh. Dan itu sudah pasti, efeknya
adalah antri untuk beli tiket, dan juga harga tiket belum kunjung turun, masih
diatas 120 persen tiket naik dari hari biasanya.
Tapi sudahlah, toh momen-momen seperti ini adalah saat “panen
raya” bagi semua pekerja di jasa angkutan orang dan barang, momen ini adalah
saat mereka menikmati hari-hari bahagia yang tidak hadir setiap hari, toh kita
tidak setiap waktu juga menggunakan jasa mereka.
PO Bus yang saya gunakan sebetulnya menuai banyak keluhan
dari pelanggannya, hanya saja pihak empunya seakan tak mau tau dan tak ada
perbaikan kualitas pelayanan. Hal ini saya dengar sebelum saya jadi pelanggan
di PO Bus ini. Dan setelah saya hampir setiap pulang pergi mudik “TERPAKSA”
harus dengan PO Bus milik pemerintah ini, saya baru merasakan apa yang
orang-orang keluhkan.
Bukan tidak mau menggunakan PO lain, hanya saja memang
inilah satu-satunya PO Bus dengan trayek dari kota saya menuju kota hujan.
Seperti yang sudah saya tulis di atas, ada PO lain, tapi
hanya sekali dalam sehari, itupun sore dan pasti ngantri panjang dan harus
sampai dorong-dorongan badan dengan penumpang lain.
Dulu, saya pernah antri untuk dapat tiket bus jurusan
kampung rambutan harus dorong-dorongan dengan penumpang lain, bahkan sampai ada
yang kecopetan karena saking padatnya calon penumpang untuk beli tiket.
Akhirnya, saya rasa kebanyakan penumpang rela menggunakan PO
Bus pemerintah ini karena “TERPAKSA” sebab tidak ada armada dari PO lain dengan
trayek tujuan kota hujan.
Keluhan dari penumpang yang paling sering saya dengar
adalah armada bus yang kurang terawat, perjalanan yang lama, juga hal lainnya.
Dan hari itu, kejadian yang begitu membuat saya kecewa
dengan PO tersebut terjadi.
Jam delapan adalah waktu start bus dari Pos dekat terminal. Tidak
seperti biasanya, saya merasakan kenapa kali itu terasa sopir bus membawa
busnya dengan kecepatan yang lebih dari kebiasaan PO tersebut?!
Saya yang duduk di belakang dengan dua orang di samping saya
masih biasa saja saat merasa bus seakan berjalan dengan kecepatan diluar
kebiasaan. Bahkan masih menikmati suasana mudik tahun ini dengan melihat
lapak-lapak di pinggiran jalan yang masih digelar rapi, yang menandakan musim
mudik masih berlangsung.
Saya juga masih sempat menikmati kue bolu yang saya beli
dari minimarket samping Po Bus tadi, bahkan sampai habis tak tersisa.
Saat itu juga berbarengan dengan pemilihan kades serentak
sekabupaten, tepatnya tanggal 17 juli 2019. Jadi jalanan begitu ramai dengan pawai calon
kades dari desa-desa yang bus saya tumpangi lewati.
Tibalah saat dimana semua penumpang mulai panik.
Saat melewati jalan yang disamping sebelah kanannya adalah
pasar dan samping sebelah kirinya adalah sungai, tiba-tiba salah seorang
penumpang di depan terdengar teriak “KEBAKARAN-KEBAKARAN” sontak saja, semua
penumpang mulai panik. Yang berada di depan mulai berdiri dan berlarian mencari
pintu keluar. Sedangkan yang dari belakang juga paniknya minta ampun
teriak-teriak mencari jalan turun.
Penumpang penuh dan Kebanyakan ibu-ibu. Juga banyak anak-anak.
Bisa dibayangkan bagaimana situasinya.
Ditambah pintu belakang bus susah sekali untuk dibuka. Yaa
Salaam, sallimnaa.
Semua panik dan berebut untuk cari jalan keluar bus. Saya lihat
bagaimana rasa takut itu benar-benar terasa dengan melihat kondis penumpang saat
itu. Saya yang berada di jok belakang dan tepat di samping jendela bus sangat
susah untuk bergerak. Di ujung pintu belakang sudah penuh sesak orang dan
teriak-teriak panik. Jika mau loncat ke kursi depan juga rasanya bus terlalu
panjang sedangkan rasa panik semakin menjadi-jadi. Ya Salaam, Sallimnaa.
Akhirnya saya pakai jaket saya dan saya sudah tak peduli
lagi dengan tas berisi pakaian dan perlengkapan lain saya di paling belakang
kursi penumpang. Yang penting cari pintu keluar dulu.
‘BUKA...BUKA...BUKAA.....”
Penumpang yang hendak turun dari pintu belakang yang paling
panik, karena pintu sedari tadi tidak kunjung dibuka.
Saya juga sempat heran, lokasi bus padahal di samping pasar,
banyak orang, tapi kenapa mereka saya lihat hanya menonton dan teriak-teriak? Mungkin
karena situasi serba panik, jadi saya juga tidak terlalu perhatian dengan orang
sekitar.
Yang jelas yang ada dalam fikiran saya saat itu adalah, “saya
harus keluar lewat jendela bus, pecahin kaca, kemudian loncat. Percuma rasanya
berharap pintu bus terbuka.”
Saya tengok kanan kiri, dan alhamdulillah ada palu kecil
yang menggantung di atas jendela belakang saya duduk. Palu emergenci yang
tertulis di stikernya “pecahkan jendela dalam kondisi darurat.”
Tanpa fikir panjang, saya ambil sekuat tenaga, tiba-tiba, “PRAKKKKKKKK”
Gagang palu yang saya ambil pecah berantakan, ternyata sudah
sangat kropos....”laa haula wala quwwata illa billah”
Bagaimana mungkin hal yang sangat urgen tidak diperhatikan
dengan serius oleh PO Bus ini????
Tanpa pikir panjang saya ambil ujung palu yang sepertinya
terbuat dari besi atau semacamnya. Tanpa basa-basi....karena suasana makin
panik, penumpang teriak sana-sini, saya pecahkan kaca bus.
"Brakkkkkk.......” pukulan pertama kaca retak.
"Brakkkkkk.....” pukulan kedua kaca runtuh.
Saya lempar palu dan siap-siap loncat dari bus,
tiba-tiba....
“Mas..mas....ga usah mas....turun aja lewat pintu....ga usah
loncat.”
Seorang bapak paruh baya teriak-teriak ke saya saat saya
sudah keluarkan satu kaki hendak loncat dari jendela bus.
Saya lihat penumpang lain masih panik,,,,,,bahkan masih
banyak yang belum bisa keluar karena pintu depan saling berebut untuk keluar
dan pintu belakang masih belum terbuka.
Saya bingung mau loncat, tapi diteriakin. Sedangkan penumpang
lain masih panik teriak-teriak.
"Mas..jangan mas....turun.....udah mati
apinya...aman...aman...."
Baru, setelah saya lihat pak kondektur yang tiba-tiba nongol
dari belakang bus dan membawa hydrant pemadam api, saya akhirnya mulai aga
tenang. Kaki saya turunkan dan masuk kembali ke bus.
Ya Allah Yaa Rabb....
Ya Salaam...
Kaca bus yang saya pecahkan. terlihat crew PO Bus sedang memperbaiki karburator yang terbakar. |
Hari ini Engkau tunjukan pada hambaMu ini bagaimana fakirnya
diri ini, betapa lemahnya diri ini, betapa butuhnya diri ini kepadaMu.
setelah turun dari bus dan menjauh dari bus, saya baru sadar tangan dan kaki terluka karena kaca yang dipecahkan. |
Hanya dengan cobaan dan peringatan sekecil ini saja, hambaMu
ini begitu takut dan panik, lalu bagaimana jika datang hari yang dijanjikan itu
sedangkan bekal kami begitu sedikit dan kami sering lupa kepadaMu.
Alahummaghfir lanaa. Aamiin.
Catatan: setelah menunggu hampir 2 atau 3 jam, akhirnya bus pengganti datang, dan ternyata bus pengganti adalah bus eksekutif dengan bangku penumpang 3-2. Sedangkan bis yang terbakar bangku penumpang 3-3, alhasil sebagian penumpang berdiri, dan saya juga kebagian setengah kursi dengan kondektur bus. sampai kota hujan antara maghrib dengan isya. yang seharusnya jam 2 atau 3 sore sudah sampai. dan semoga menjadi pelajaran bagi PO Bus untuk meningkatkan pelayanannya. la'allahu khair, in sya Allah.
@TrueStory_by Aba oesama
terlihat para penumpang sedang menunggu penuh "khawatir" kapan kiranya bus pengganti datang. |
@TrueStory_by Aba oesama
Tidak ada komentar:
Posting Komentar