PEMUDA ZAMAN NOW ITU, HARUSNYA SEPERTI INI. - Aljazary Qur'an I Berkhidmah Untuk Qur'an

Breaking

Post Top Ad

Responsive Ads Here

Jumat, 09 Februari 2018

PEMUDA ZAMAN NOW ITU, HARUSNYA SEPERTI INI.



Sesungguhnya menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan menurut Al-Imam Asy-Syafi’i:
طَلَبُ الْعِلْمِ أَفْضَلُ مِنْ صَلَاةِ النَّافِلَةِ
Menuntut ilmu lebih utama dibandingkan sholat Sunnah (Musnad asySyafi’i (1/249), Tafsir alBaghowy (4/113), Faidhul Qodiir (4/355))

Belajar adalah kewajiban bagi setiap muslim, sebab tanpanya seseorang akan terus terjerembab dalam sumur kebodohan, dan kebodohan bukanlah hal yang tidak bisa dihilangkan, karena dengan ketekunan dan kerja keras kebodohan akan hilang digantikan dengan cahaya ilmu dan tingginya derajat seseorang.

Alangkah besarnya rahmat Allah kepada kita yang hidup di akhir zaman ini, semua hal sudah semakin mudah dilakukan, tak terkecuali dalam hal belajar dan menuntut ilmu. Kita tak harus hadir langsung di kelas dan tak wajib ikut pelajaran di kelas setiap hari, bahkan kita bisa berguru dengan mereka yang ada di seberang negeri nan jauh di sana. Semua ini adalah rahmat yang sangat besar dari Allah yang wajib kita syukuri, coba kita lihat perjuangan seorang ulama dalam mencari sebuah ilmu di zaman dahulu, di mana dikisahkan karena semangatnya dalam menuntut ilmu Ibnu Thahir Al-Maqdisy sampai kencing darah, beliau berkata : Aku dua kali kencing darah dalam menuntut ilmu hadits, sekali di Baghdad dan sekali di Mekkah. Aku berjalan bertelanjang kaki di panas terik matahari dan tidak berkendaraan dalam menuntut ilmu hadits sambil memanggul kitab-kitab di punggungku sampai aku bermukim di suatu kota. Selama mencari hadis, aku tidak pernah meminta-minta kepada seorang pun. Aku hidup dari apa yang aku dapatkan, tanpa meminta-minta.


Lihatlah syabab (kaum muda), bagaimana semangat mereka yang tak terkalahkan oleh keadaan sepahit apapun, meski lelah bahkan sampai nyawa jadi taruhannya, semangat mereka dalam menuntut ilmu tak pernah surut bahkan semakin membara. Semangat yang tinggi dalam menuntut ilmu adalah bias dari keikhlasan mereka, ilmu yang didapatkan tak hanya sekedar hafalan dilisan tapi telah terukir dalam hati dan perilaku mereka,  karya mereka yang masih dipelajari di zaman ini adalah sebagai bukti akan kesungguhan serta keikhlasan mereka dalam menuntut ilmu dan menyebarkannya. Mereka telah wafat ratusan tahun lalu tapi namanya selalu disebut-sebut dalam setiap majelis ilmu seakan mereka masih hidup di tengah-tengah kita.

Dalam kisah lain disebutkan lagi bahwa Abu Zur’ah Ar-Raaziy (seorang ahli hadits/guru Imam Muslim) ketika menjelang ajal dijenguk oleh sahabat-sahabatnya Ahlul Hadits, mereka mengisyaratkan hadits tentang talqin Laa Ilaaha Illallaah. Hingga Abu Zur’ah berkata:
Abdul Humaid bin Ja’far meriwayatkan dari Sholih bin Abi Uraib dari Katsir bin Murroh dari Muadz dari Nabi shollallaahu ‘alaihi wasallam: Barangsiapa yang akhir ucapannya adalah Laa Ilaaha Illallaah maka ia masuk surga.
Ma Sya Allah, Seorang Abu Zur’ah yang selama hidupnya dihabiskan untuk menuntut ilmu hadits, maka ia wafat dalam keadaan sebagaimana kebiasaannya saat hidup, dan ternyata Pada masa mudanya, Abu Zur’ah adalah seorang penuntut ilmu hadits yang sangat jauh dari sifat malas.  Imam Ahmad bin Hambal (pelopor madzhab hanbali) adalah salahsatu guru dari abu zur’ah juga pernah memberikan kesaksian bahwa Abu Zur’ah telah hafal enam ratus ribu hadits di masa mudanya.
Lihatlah syabab, masa muda yang bukan diisi dengan hura-hura dan cinta roman picisan akan menghasilkan generasi semisal Abu Zur’ah ini, menyibukkan diri saat muda dengan kesungguhan dalam menuntut ilmu adalah nikmat yang sangat besar di akhir zaman ini, bukan hanya kebahagiaan di dunia saja yang akan didapat tapi juga di akhirat kelak, sebagaimana sabda Nabi shalallahua’alaihi wasaallam...Dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu , dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, Beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Tujuh golongan yang dinaungi Allâh dalam naungan-Nya pada hari dimana tidak ada naungan kecuali naungan-Nya: (1) Imam yang adi, (2) seorang pemuda yang tumbuh dewasa dalam beribadah kepada Allâh....” (HR. Bukhari)
Maka yaa syabab, nikmat mana lagi yang akan kita sia-siakan jika tidak dari sekarang untuk menyibukkan hari-hari kita dengan hal-hal positif yang bermanfaat dan bukan lalai serta berfoya-foya??
@Baba meiza





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Bottom Ad

Responsive Ads Here

Halaman